Pages

Senin, Mei 23, 2011

Hukuman, Masihkah Efektif ??


bismillah...

Gara-gara komen dari salah seorang sodara cerdas saya di status saya kemaren sore, akhirnya membuat saya membuka kembali buku psikologi waktu kuliah dulu.

Awalnya baca-baca soal psikoanalis, jadi keterusan sampe behaviourisme dan "bertemulah" saya dengan Skinner..

ada yang menarik dari teori Skinner kali ini, yaitu pandangannya soal efektivitas hukuman.

Pendapat Skinner ini, mengingatkan saya pada sebuah film yang bercerita soal penjara anak & remaja di amerika Serikat : Gridiron Gang.

Film yang diadaptasi dari kisah nyata ini bercerita tentang keprihatinan seorang sipir penjara anak dan remaja. Beliau sangat prihatin karena dari semua anak dan remaja yg pernah dititipkan di penjara tersebut hanya sebagian kecil yang bisa kembali hidup normal sedangkan sebagian besarnya akan kembali pada kehidupan sebelum penjara ( bergabung di Geng, melakukan aksi-aksi kriminal, Narkoba ) bahkan ada juga yang mati dijalanan.

Sebab mereka terlibat dalam kegiatan kriminal adalah terlalu kuatnya pengaruh Geng dalam kehidupan mereka. Ashobiah (keterikatan) antar Geng sangat kuat dan mengikat mereka hingga didalam penjara, oleh karena itulah kebanyakan anak-anak yg keluar penjara selalu kembali ke pangkuan Geng-nya itu.

Sipir penjara tersebut akhirnya mencari cara untuk menyelamatkan anak dan remaja tersebut dan mengurangi presentasi yang "gagal melanjutkan hidup" setelah bebas dari penjara.

Beliau yang mantan pemain American Footbal, akhirnya berinisiatif untuk menyelenggarakan kegiatan Futbol USA itu di penjara, dan untuk memotivasi mereka , Beliau mendatangkan lawan-lawan dari tim futbol sekolah yg ada di kota itu.

Karena hidup selalu ingin mengajarkan kita sesuatu, maka perjuangan beliau pada awalnya pun tak mudah, mulai dari penolakan dari binaannya (anak&remaja yg dipenjara), sistem penjara sampe penolakan dari sekolah-sekolah yg diundang bertanding. Dan akhirnya lewat perjuangan panjang beliau berhasil, dan terbukti..program ini bisa mengurangi keterikatan binaannya dengan Kriminal dan Geng serta memulihkan perasaan percaya diri binaannya menghadapi dunia. Bahkan ada diantara binaannya yg sempat bermain futbol pro dikemudian hari.

Sipir penjara tersebut melihat hukuman-hukuman yang selama ini diterapkan di penjara tersebut tidak membawa penyadaran untuk binaannya, bahkan sekadar efek jera pun tidak. Secara tak langsung, bahkan malah menstimulus mereka untuk melakukan kejahatan lagi. Maka itu beliau membuat program penguatan perlaku positif sekaligus memulihkan kepercayaan diri binaannya untuk menghadapi masyarakat dan masa depan.

Hal ini juga sama dengan yang diutarakan Skinner dalam pandangannya soal hukuman, yaitu :

1. Secara umum hukuman menjadi kurang efektif karena terlalu lama dan atau terlalu sedikit memberi pelajaran.

Maksudnya hukuman seringnya tidak setimpal dengan perilaku negatif yg dilakukan. Bisa terlalu tinggi atau terlalu rendah.

2. Hukuman sering menyebabkan orang menghindari hukuman daripada menghentikan tingkah laku yang tidak diinginkan.

Ini sering banget terjadi, anak remaja (terutama) menghindari melakukan pelanggaran bukan karena kesadarannya untuk meninggalkan perilaku buruk. Karena itulah pelanggaran bisa saja terjadi dilain kesempatan jika faktor yg membuat ia menghindari hukuman tidak ada.

Misalnya : siswa takut merokok disekolah, tapi ia merokok di luar sekolah, karena tidak ada guru

3. Hukuman dapat menyebabkan seseorang mengaitkan hukuman dengan orang yang menghukum, bukan dengan tingkah lakunya.

Hal ini akan merugikan anak tersebut dimasa depan. Ia akan cenderung untuk selalu menganggap orang yg menghukumnya sebagai "musuh", dan pada perkembangannya akan membenci apapun yg dilakukan dan dikatakan orang tersebut meskipun itu benar.

4. Hukuman mungkin melatih seseorang tentang apa yang tidak boleh dilakukan, tetapi tidak melatih apa yang harus dilakukan.

Hal ini juga penting, karena seringkali hukuman tidak selalu memberi solusi pada masalah sebenarnya, yang justru akan membuat seseorang untuk kembali melakukan perilaku buruk karena ia menganggap hanya perilaku itu yg menjadi solusi untuk dirinya.

Misalnya : anak dihukum karena pacaran, tapi yang menghukum tidak memberi alternatif cara, bagaimana cara yang benar untuk menyikapi rasa cinta yg ada.


Skinner menyadari bahwa banyak anak yang disebut "bermasalah" atau "nakal" sebenarnya dalah anak yg aktif, normal yang seringkali adalah hasil "salah didik" orang tua atau lingkungannya.

Salah didik yang dimaksud adalah, orang tua atau lingkungannya seringkali tanpa sadar justru memberi penguatan positif kepada anak untuk melakukan perilaku buruk tersebut.

Misalnya : anak selalu ditegur ketika dia berbuat salah, tetapi orang tua diam saja ketika dia berbuat hal benar.

dalam kasus ini, orang tua secara tidak sadar sudah memberikan penguatan positif kepada anak tersebut untuk berbuat hal buruk. Karena jika dilihat dari kebutuhan anak yg selalu ingin diperhatikan.

Karena itu Skinner juga menekankan tentang perencanaan utuh sebelum melakukan treatmen, termasuk soal perilaku yg diinginkan, macam treatmen (perlakuan) dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak saat itu.

Nah, dari yang saya utarakan diatas, apakah hukuman masih terlihat efektif untuk mengatasi perilaku buruk anak & remaja ?


1 komentar:

bekti patria mengatakan...

mungkin lebih baik menumbuhkan kesadaran daripada memberikan hukuman
salam kenal. blog yang bagus.