Pages

Senin, Mei 23, 2011

mera nam Husnul Khatimah Umar


bismillah....

Dulu, kira-kira 40 hari setelah hari raya haji tahun 1984, saya diberi nama : Husnul Khatimah. Nama itu usulan salah satu tante saya, diambil dari nama salah satu teman sekelas beliau yg katanya cerdas (moga ketularan juga..amiiin.....)

Tapi..te ata pe i pi, tapi...

Nama itu pasaran sekali, setiap saya sekolah dari SD sampe kuliah pasti saya punya teman dengan nama yang sama. Jangankan pas sekolah, sampai sekarang pun saya sering menemui samaan nama ini. Bahkan sempat pas masih les di primagama malang, nama "Husnul Khatimah" bederet-deret lebih dari 5 dengan berbagai variasinya, misalnya kayak :

- Husnul Khatimah

- Khusnul Khotimah

- Khusnul hotimah

- Khusnul Khatimah

- Husnul Hatimah

Nama yang sama ini cukup merepotkan saya, soalnya bisa ketuker-tuker, apalagi kalo ejaannya sama. Akhirnya ketika kuliah saya berinisiatif untuk membuat beda nama saya. Dibelakang nama saya, saya tambahkan nama abah saya, sehingga menjadi "Husnul Khatimah Marzuki". Namun saya singkat menjadi "Husnul K.Marzuki".

Nama panggilan pun, yang tadinya "Husnul", saya ganti dengan "Unul" (nama panggilan saya waktu kecil).

Tapi rupanya, nama-nama itu pun menambah "kerepotan" baru buat saya.

Beberapa orang ada yg khilaf memanggil "Unul" dengan "Inul" (hadehhh...>.<)

Tapi gpp, masih bisa diluruskan.

Dan yang paling sering terjadi adalah, banyak teman-teman baru saya yang pada awalnya mengira saya seorang laki-laki (yaap....saya dikira laki-laki) , paling minim ada yang ngerasa bingung apakah saya laki-laki atau perempuan. Pengalaman ini makin sering saya temui ketika saya kena "kecelakaan sejarah", menjadi Kadept Humas UKMK JF UMM dan Koord. Quantum (BP Puskomnas FSLDK wilayah Jatim) soalnya selain mungkin nama saya terdengar agak "jantan" juga karena amanah-amanah tersebut biasanya diisi oleh para ikhwan (laki-laki).

Saking seringnya dikira ikhwan/laki-laki, saya jadi terbiasa dan cuek aja.

Pernah, ketika itu LDK saya mau study banding ke salah satu LDK kampus di Jawa Barat. Saya sudah berkomunikasi dengan Ketua LDK tersebut via telepon, yg artinya Ketua LDK tersebut mengetahui kalau saya seorang akhwat (perempuan). Kemudian beliau menghubungkan saya dengan Kadept. Humasnya dan berkomunikasilah kami via sms dan email beberapa kali untuk konfirmasi semua keperluan studi banding tersebut. Saya pikir beliau (Kadept Humas LDK tersebut) tau kalau saya seorang akhwat, ternyata di luar dugaan saya beliau tidak tahu menahu tentang itu dan baru tahu setelah saya dan rombongan tiba di LDK itu untuk study banding.

Kalimat pertama yang beliau ucapkan ketika mengetahui saya akhwat adalah : "Astaghfirullahal'adziiiim... saya kira antum itu ikhwan....!!!" sambil mengusap wajah beliau sendiri saking kagetnya.

Jangankan beliau, saya juga kaget ngeliat ekspresi beliau yang segitunya. Saya pikir beliau udah tau dari Ketumnya, dan selama ini beliau tidak pernah bertanya saya ikhwan atau akhwat.

Selain ikhwan yg sering salah paham,kawan-kawan akhwat pun juga banyak yg salah paham soal ini. Dan hal ini tidak terjadi sekali aja, tapi beberapa kali. Terutama ketika bersilaturahim ke kampus-kampus lain atau pun ketika syuro' FSLDK atau Jarkomnas LDK PTM yang harus saya ikuti. Sampai akhirnya, saya jadi kebal alias cuek aja ( ==" )

Saya sampe ngerasa heran, nama "baru" yg saya "bikin" waktu kuliah, maksudnya kan supaya saya ngga terjebak sama nama pasaran, malah jadi menyulitkan saya disisi lain. Saya sampe bingung, emang nama saya kayak nama ikhwan banget ya ? : Husnul. K. Marzuki... (kali karena -Khatimah-nya saya singkat..)

Akhirnya stelah lulus kuliah dan balik ke kampung nan jaoh dimato : samarinda, saya pun "mengembalikan" nama saya jadi seperti aslinya : Husnul Khatimah. Tapi... (egen egen tapi..) , saya jadi balik lagi ke masalah yg pertama : nama pasaran... (aishhh mbulet ae nul..nul...).

Di organisasi kemasyarakatan yang saya ikuti, saya mendengar ada 4 Husnul termasuk saya (tapi yang saya temui secara langsung baru 2 orang, it's mean ada satu Husnul lagi yang belum saya tau ketemu-i ( :D)

Nah, beberapa minggu yang lalu datanglah segepok undangan walimah ke sekolah tempat saya mengajar. Ketika membaca siapa yang menikah, kawan-kawan saya bertanya-tanya, karena menemukan nama Indah saya tertera disana. Kira-kira begini dialognya..

"Wah, ustzh. Husnul nikah kah? "

" Tapi kok gelarnya S.P aja....? , kurang es i ni? "

" Salah cetak kali... "

Tapi..

" Loh, kok ada undangan buat ustzh. husnul ? , kalo dia yang nikah masa' dia ngundang dirinya sendiri ??? "

disitulah baru yakin, itu bukan Husnul saya.. : D

Kejadian undangan ini, bukan hanya bikin salah paham sesaat sesama kawan guru saya, tapi juga pada anak-anak (murid-murid) saya. Mereka bahkan lebih susah dipahaminnya. Sampe ada yang ngomong gini :

Anak saya : " Tseeeeaahh ustdzah lah nikah gak bilang... "

Saya : " eit, itu bukan utdzah nak...nama-nya aja sama... "

Anak Saya : " Ahh, masa' sih ?? kok bisa sama gitu....jangan ditutupin dah ustdzah.... "

Saya : " lhaaa, siapa yg nutupin, emang bukan nak... liat aja gelarnya beda, yg itu S.P kalo ustdzah S.Psi "

Anak Saya : " ahh ustdzah, kurang itu cetakannya...ketinggalan es i nya..."

Saya : " hadeeeh.. coba liat alamatnya, di teluk lerong bukan tu ? "

Anak Saya (ngeliat undangan milik guru lain) : " bukan, di wahid hasyim..."

Saya : " Nah tu..berarti bukan dirumah ustdzah...."

Anak Saya : " ahhh, bisa aja nikahnya dirumah penganten cowoknya....udahlah ustdzah gpp kok kita tau... "

Saya : " yaa nak..mana ada nikah ditempat penganten cowok, biasanya ditempat penganten cewek nak.. beneran ini bukan ustdzah nak... coba liat nama ayah penganten ceweknya tu... "H. Marzuki" bukan ? "

Anak Saya : " Bukan ustdzah... "

Saya : " nah tu..bukan kan? "

Anak Saya : " Iya ya, bukan.... "

Dikasih argumen panjang baru anak saya itu percaya kalo yg nikah itu bukan saya, tapi abis itu pertanyaan terakhirnya yang gak enak... " Kalo gitu...ustdzah kapan nikahnya ?? "

Speechless....

Hmmmf, untuk menghindari kesalah pahaman yang tambah banyak, saya pun mulai menambahkan nama abah saya lagi dibelakang nama saya. Tapi, bukan nama panjang beliau : Marzuki, soale ada kawan saya satu instansi yang namanya Marzuki juga. Ntar jadi makin salah paham...jadi tambah ribet.

Akhirnya saya tambahkan nama kecil abah saya, sehingga menjadi ; Husnul Khatimah Umar seperti nama pesbuk saya ini.

Saya jadi berpikir, bagus kali nama kita dikasih bin/binti kayak nama-nama orang di Brunai Darussalam atau di Malaysia. Jadi otentik, biar namanya sama tapi kecil kemungkinannya untuk ketuker (salah paham), soale kebanyakan ditulisnya sampe tiga generasi. Misalnya : Husnul Khatimah binti Umar bin La Boncu bin La Birru bin La Abdullah. Keren ya... :D

didepan Kazekage Gaara

jam 10 lewat 3 menit waktu kamar nenek.

tanggal 5 Mei 2011 (3 hari menuju 08052011)

Tidak ada komentar: