Pages

Rabu, November 14, 2012

antara masjid, pesantren dan kampus


bismillah..


“ Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk” (QS.Al Kahfi:13)


Kita pasti sudah kenal pemuda kahfi yang diceritakan dalam Al-Qur’an. Pemuda yang menjaga sekuat tenaga hingga “bersembunyi” di dalam gua untuk melindungi aqidahnya dan Allah membuat mereka tidur hingga beratus tahun lamanya.

Pemuda, dengan berbagai ciri khas-nya : kuat, selalu ingin tahu, independent, hampir selalu menjadi pelopor perubahan atau kebangkitan kekuatan baru, mentranformasi gagasan-gagasan baru yang bisa membuat budaya baru. Seperti Hasan al Banna pernah berkata bahwa aset umat untuk bangkit telah terkuras habis kecuali satu, yaitu pemuda, karena sejak dulu hingga sekarang pemuda selalu menjadi ciri dan pilar kebangkitan, dan dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah kekuatannya dan dalam setiap fikrah pemuda adalah pengibar panji-panjinya apalagi bila pemuda yang dimaksud adalah mahasiswa.

Mahasiswa dalam gerakannya memiliki peran yang sangat berpengaruh pada aspek-aspek tertentu, terutama dalam kontrol sosial. Gerakan mahasiswa idealnya bisa memberikan kekuatan dalam bentuk kekuatan intelektual (agent of intelectual), kekuatan keteladanan/moral (agent of moral), dan kekuatan pendobrak, perubah dan pembangun (agent of change). Dan yang lebih penting mahasiswa adalah stok pemimpin-pemimpin umat selanjutnya, karena seperti lari estafet, tongkat kepemimpinan ini tak bisa kita bawa langsung ke garis finish, mau tak mau harus kita berikan pada pelari berikutnya. 

Saya teringat Mohammad Natsir, yang pernah menyampaikan gagasan beliau yang menarik, yaitu penyatuan tiga komponen besar yaitu kampus, masjid dan pesantren. Penyatuan jiwa muda, sisi intelektual, tekhnologi, dakwah dan syiar islam.

Perpaduan yang unik yang bisa kita lihat sekarang di sebagian besar kampus diseluruh Indonesia dari timur hingga ke barat. Perpaduan unik ini yang kita lihat dalam sebuah institusi yang kita sebut Lembaga Dakwah Kampus, karena secara fungsi, LDK adalah penyatuan aspek-aspek kampus (ada sisi intelektual, aplikasi tekhnologi), aspek-aspek pesantren (pembelajaran agama, transformasi budaya islam) dan aspek-aspek masjid (penyaluran ibadah, dakwah dan syiar islam). Karena peran penting inilah tak berlebihan kiranya bila Budi Wiyarno (mantan Ketum LDK JADDA UAD) dalam sebuah pelatihan dakwah kampus menggambarkan bahwa LDK merupakan aset kebangkitan umat bukan hanya sekedar tempat latihan berorganisasi.

maret 2009

Tidak ada komentar: