Pages

Rabu, November 14, 2012

saat kata - kata itu masih terdengar jelas di telingaku


Bismillah...

Beberapa waktu yang lalu, seorang kawan berbagi pengalaman tentang pengemis dan beberapa pandangan beliau soal itu.

Tertegun saya membaca tulisan beliau, tulisan beliau mengingatkan saya tentang sebuah pengalaman yang cukup bikin miris hati saya.

Saat itu saya dalam perjalanan pulang ke Malang, setelah melakukan perjalanan dinas ke Surabaya. Dalam Bus Surabaya-Malang itu saya duduk paling belakang bersama 4 orang lainnya. Saat bus sedang berenti sementara waktu, seorang pengamen masuk lalu menyanyikan sebuah lagu. Lagu itu tuntas dinyanyikannya sampai habis. Setelah itu, seperti pengamen pada umumnya, dia mulai mengedarkan sebuah kantong ke para penumpang dengan harapan banyak penumpang yang akan memberinya satu dua rupiah.

Tapi harapan hanya harapan, sampai ke deretan bangku belakang tak ada seorang pun yang memberinya uang. Kemudian, ia berkata sesuatu sebelum turun dari Bus. Deretan kalimatnya itulah yang sering terngiang-ngiang dikepala saya hingga saat ini jika saya melihat pengamen lain dan sejenisnya.

Sebelum turun dari Bis, ia berkata dengan suara lantang kepada semua penumpang dalam bus itu “Kalian semua ini, gak tau gimana rasanya lapar !!!”

Saya terus melihatnya sampai ia turun dari Bus dan hilang di keramaian.
Sedang kata-katanya barusan itu, tetap tinggal dikepala saya sampai sekarang.
Membatu berikut “rasa’-nya, mengkristal belum mencair hingga sekarang.

 Wahai Aslam, sesungguhnya rasa lapar itu adalah musuh...” Kata Umar bin Khattab suatu hari setelah memberi makan sebuah keluarga yg kelaparan dipinggir Kota Madinah.

Benarlah yang dikatakan Umar, bahwa rasa lapar adalah musuh.

Hanya satu senjata yang bisa menaklukan musuh itu : Iman, tapi iman manusia pun yazidu wa yanqus, iman manusia naik dan turun.
Jika seorang manusia bisa menaklukannya maka tak akan ada efek lapar selain menambah keimanan, namun jika tak bisa maka bujukan syetan yang berkolaborasi dengan nafsu akan mudah diikuti sepenuh hati.
Nyopet, nyuri, malak, njambret sampe ngerampok pun bisa aja dilakukan.

Dan bagaimana jika uang receh satu dua rupiah yg kita berikan pada mereka ternyata bisa mencegah mereka berbuat buruk seperti itu ?

Tapi bagaimana dengan argumen “mereka masih kuat, masih muda..harusnya bisa nyari uang tidak dengan cara macam itu, memberi hanya menjadikan mereka melakukan kebiasaan buruk..”

Ada satu hal yang saya beri nama “Presepsi Terbalik”.

Saya terinspirasi oleh kata-kata seorang Ibu : “ jika anak saya “nakal” ustdzah...maka saya-lah yang lebih dahulu diterapi..kalau saya baik..anak saya pun bisa “sembuh”.... “
Saya langsung teringat teori Stephen Covey (7 habbits) soal paradigma bahwa kita tidak bisa merubah pikiran orang lain seperti orang lain tak bisa merubah pikiran kita tanpa kita izinkan. Kita mulai perubahan itu dari hal-hal yang “kita bisa jangkau”.

Argumen bahwa mereka masih kuat dan seterusnya itu bukan untuk kita yg dalam posisi “pemberi” tapi untuk mereka yang dalam posisi “penerima”.
Maka itu tak bisa dijadikan alasan untuk tidak memberi (saya tidak mengatakan kita harus selalu memberi jika ada yang meminta, memberi atau tidak itu Hak kita tapi yg ingin saya katakan adalah jika alasan tidak memberi itu adalah argumen diatas maka itu tidak tepat menurut saya).


Lapar itu kebutuhan manusia yang mendesak. Harus ada solusinya. Rantai pengamen tak profesional, pengemis dan sejenisnya tak bisa putus hanya dengan memutuskan untuk tidak memberi. Harus ada pencerahan dan pembinaan. Awalnya dari mana? Awalnya dari Tuntaskan dulu rasa lapar mereka. Lalu lanjutkan dengan mengenali sebab mengapa mereka memutuskan untuk jadi pengemis, pengamen tak profesional dan sejenisnya. Disinilah kita bisa menggunakan argumen itu : “ Engkau masih muda, kuat, kenapa tak bekerja yang lain saja..?”. Nah, nanti akan mengalir sebab-sebabnya.
dan sebab-sebab itulah yg dituntaskan.

Terlalu idealis ? Sulit untuk dilakukan?
Betul, memang idealis, dan sulit tapi bukan berarti tak mungkin untuk dilakukan bukan?

Dan bila kita belum mampu untuk menuntaskan sebab-sebab itu, maka apakah tak sebaiknya jika kita mencoba untuk membantu menuntaskan rasa lapar mereka?

 Kazekage gaara, 6 juni 2011..
Jam setengah 4 lewat 10 menit pagi

Saat  “Kalian semua ini, gak tau gimana rasanya lapar !!!” masih terdengar jelas ditelingaku..

Tidak ada komentar: